Pamekasan - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, minta santri alumni pondok pesantren (ponpes) bisa melahirkan generasi seperti tokoh Imam Abu Hanifah, Ibnu Sina dan Syeikh Abdul Qodir Al Jailani.
Sebab ketiga tokoh itu
menjadi panutan bagi dunia, dari segi ilmu dan agamanya. Ibnu Sina merupakan
bapak dunia kedokteran. Sebelum barat maju, dunia kedokteran dipimpin Ibnu
Sina. Begitu juga Syeikh Abdul Qodir Al Jailani, yang jujur dalam kondisi
apapun dan kepada siapapun.
Pengasuh Ponpes Al Ihsan, Jrangoan, Omben, Sampang,
KH Mahrus Abdul Malik, sambut kedatangan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh
|
“Kami mengharap, dari
pondok ini nanti lahir Ibnu Sina baru Imam Abu Hanifah baru dan Syeik Abul
Qodir Al Jailani baru. Dan mudah-mudahan, ilmu yang telah ditanamkan dan dirintis
oleh pendiri ponpes ini bisa digunakan dan memperkaya, serta mempertahankan
sampai hari akhirat kelak,” kata Menteri Muhammad Nuh saat menghadiri peringatan
Haul almarhum Al Maghrullah Syeikh Abb Malik Baidowi dan masyayyikh di Ponpes
Al Ihsan, Jrangoan, Desa Omben, Kecamatan Omben, Sampang, asuhan KH Mahrus
Abdul Malik.
Selain Mohammad Nuh, acara
tersebut dihadiri Dirjen Dikmen Prof Dr Akhmad Djaziri, Rektor ITS Surabaya,
Prof Triyogi dan Rektor Universitan Trunojoyo Madura (UTM), Dr Arifin.
“persoalan yang dihadapi
bangsa saat ini makin pelik, tidak cukup menggunakan dalil dogmatis, tapi
bagaimana cara mematahkan dengan kias,” kata Mohammad Nuh di hadapan ulama
dan ratusan santri serta alumni santri Ponpes Al Ihsan.
Saat sambutan, Mohammad
Nuh, menyinggung dihapusnya ujian nasional untuk sekolah dasar (SD) dan
madrasah ibtidaiyah (MI) dan diganti ujian sekolah, yang penyelenggaranya
dikoordinasikan provinsi masing-masing se Indonesia.
“Untuk kisi-kisi soal
ujian sekolah itu ditentukan berdasarkan standar pendidikan nasional. Dengan
aturan sebanyak 25 persen soal dibuat oleh pusat dan 75 persen dibuat daerah
masing-masing. Urusan ketentuan kelulusan, sepenuhnya dipasrahkan satuan pendidikan
sekolah yang bersangkutan,” kata Nuh.
Untuk menjaga standar. Jangan sampai nanti, gara-gara
lingkupnya tidak kita tentukan, dikhawatirkan terdapat provinsi tertentu yang
membuat soal melebihi garis standar, atau membuat soal dengan standar sederhana,
tegas Nuh. Arka Al - Fatihi
0 komentar:
Posting Komentar