Selasa, 11 Maret 2014


Nama Tengger datang dari legenda Roro Anteng serta Joko Seger yang sebagai asal usul nama tengger itu. “teng” akhiran nama roro An-”teng” serta “ger” akhiran nama dari Joko se-”ger” serta gunung bromo sendiri diakui sebagai gunung suci. mereka menyebutnya sebagai gunung brahma. Orang jawa lantas menyebutnya gunung bromo.

Alkisah. Dibukit penanja kan hiduplah sepasang suami istri Joko Seger dan Roro Anteng hidupnya rukun dan harmonis. Mata pencahariannya bercocok tanam, tak lupa pula tekun bersemedi memohon pada Hyang Widhi.
Joko Seger berwajah tampan, bertubuh gagah dan berjiwa satria adalah putra seorang Brahmana, sedang Roro Anteng parasnya cantik, budinya luhur adalah titisan Dewi.
Sudah berlangsung lama Perkawinan Roro Anteng dan Joko Seger belum dikaruniai keturunan satupun, mereka selalu memohon kepada Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa agar dikaruniai keterunan.
          Suatu hari terlintas dihati Joko Seger dan Roro Anteng untuk bersemedi di watu Kuta, sarana untuk bersemedi ditengah laut pasir telah disiapkan.
          Sesampai di watu Kuta, mereka bersimpuh/semedi dan memusatkan perhatian disuatu puncak keheningan. Dalam bersemedi mereka menghadap Timur (satu tahun), ke Selatan (satu tahun), ke Barat (satu tahun) dan ke Utara (satu tahun). Tetap saja belum mendapat wangsit dari Hyang Widhi/Yang Maha Kuasa.
Akhirnya Roro Anteng dan Joko Seger menengadah ke atas selama satu tahun. Maka, di antara sadar dan tidur terdengar suara yang memerintahkan kepada mereka untuk menghentikan semedinya dan tetaplah hidup berdampingan secara rukun. Sesaat itu, mereka bernadar bahwa jika dikaruniai putra 25 anak, maka yang bungsu akan dikorbankan ke kawah gunung Bromo, asalkan ke 25 putranya hidup semua. Nadar tersebut disaksikan oleh Hyang Widhi.
         
Usai menjalani semedi mereka kembali ke puncak penanjakan. Rumah yang selama ini ditinggalkan ditumbuhi lumut, rumput liar dan ladang menjadi semak belukar itu ditata rapi seperti semula.
Satu tahun sudah, akhirnya Roro Anteng melahirkan putra pertama, sebagai rasa syukur maka putra pertamanya diberi nama Kaki Dukun.
          Tidak terasa Roro Anteng berhasil mewujudkan harapan. Sampai ia mempunyai 25 anak. Rata-rata putra mereka berwajah tampan dan berbudi luhur sehingga suasana hidup rukun yang harmonis mereka rasakan.

Ingkar Janji
          Waktu yang berangsur lama tidak terasa bagi Roro Anteng dan Joko Seger mempunyai nadar/janji. Namun mereka ingkar janjinya. Dewa jadi marah, ancam dapat menimpakan malapetaka, lantas berlangsunglah prahara situasi jadi gelap gulita kawah gunung bromo menyemburkan api.
Kusuma anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api serta masuk ke kawah bromo, berbarengan hilangnya Kusuma terdengarlah suara gaib :
“Bopo karo Biyong karo dolor-dolor, reang madep nang Gusti Hyang Widhi kanggo keslametane rika kabeh, jalaran iku kabeh uripa sing rukun ambek tetep ngabekti nang Hyang Widhi, Bopo Biyung karo dolor-dolor reang kabeh saiki ajo mikiren reang sebab urip reang wis langgeng (wahai ayah dan ibunda serta saudara – saudara, aku berkorban demi keselamatanmu, oleh karena itu hiduplah dengan rukun serta tetap berbaktilah dengan Hyang Widhi,ayah,ibu serta saudara – saudaraku semua sekarang janganlah memikirkan aku karena hidupku telah tentram).
Mek sing tak jaluk reang kirimen nang kawah iki sebagean asil bumi karo ingon-ingone rika, terna nek wes bulan purnama saben ulan “Kasada” (Hanya permintaanku kirimlah kekawah ini sebagaian hasil bumi dan ternakmu, lakukanlah disaat bulan purnama tiap bulan “Kasada”).
          Sampai saat ini rutinitas ini diikuti dengan turun temurun oleh masyarakat tengger serta tiap-tiap tahun diselenggarakan upacara kasada di Pura Poten Bromo lautan pasir serta kawah gunung bromo.
Hari Raya Yadnya Kasada
          Kasada, hari raya masyarakat umat Hindu di kawasan Tengger yang merupakan wujud syukur atas karunia Sang Hyang Widhi Wasa. Sebuah hari raya kurban yang turun temurun dilakukan umat Hindu Tengger di Gunung Bromo.

Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara yakni Pura Luhur Poten Bromo dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.
          Upacara Kasada diawali dengan pengukuhan sesepuh Tengger dan pementasan sendratari Roro Anteng Joko Seger di panggung terbuka Desa Ngadisari. Kemudian tepat pada pukul 24.00 dini hari diadakan pelantikan dukun (Pandita Dukun Baru/Mulunen) dan pemberkatan umat di Pura Luhur Poten Gunung Bromo. Dukun bagi masyarakat Tengger merupakan pemimpin umat dalam bidang keagamaan, yang biasanya memimpin upacara-upacara ritual.
Setelah upacara selesai sekitar pukul 04.00 masyarakat tengger mulai bersiap untuk membawa ongkek/wadah yang berisi sesaji untuk dibawa ke kawah gunung bromo. Pukul 05.00 tepat masyarakat pembawa ongkek mulai menaiki tangga menuju puncak gunung bromo. Ongkek yang berisi sesaji tersebut mulai dilemparkan ke dalam kawah sebagai simbol rasa terima kasih mereka terhadap sang Hyang Widi atas ternak dan pertania yang berlimpah. Sesaji tersebut berupa buah-buahan, hasil pertanian serta hasil ternak.

Pandita Dukun
Para dukun Pandita, pemimpin ritual itu, tidak bisa dijabat sembarang orang. Sekian banyak persyaratan harus dipenuhi untuk menjadi perantara masyarakat Tengger dengan Hyang Widhi Wasa, Sang Penguasa Jagad. Juga kepada Sang Hyang Brahma yang bersemayam di Gunung Bromo, kepada roh para leluhur, dan Buta Kala. Syaratnya :
1.    Usia paling sedikit 25 tahun
2.    Berpedoman pada tiga landasan pokok
a.    Tattwa (filsafat)
b.    Susila ( Etika )
c.    Upacara (Ritual)
3.    Hafal mantra kedukunan
4.    Lulus dalam Diksa Widhi (mulunen)
Dari syarat di atas, banyak para calon Pandita Dukun yang gagal. Usai upacara Diksa Widhi selesai dan calon Pandita Dukun dinyatakan lulus maka yadnya Kasada siap dimulai. Kepala Pandita Dukun segera menempatkan diri sesuai yang telah ditetapkan.
          Upacaranya dimulai pada pukul 24.00. Susunan upacaranya sebagai berikut :
1.    Puja Purwaka : artinya mantra ditunjukan kehadapan Hyang Widhi untuk mengawali acara ritual .
2.    Manggala upacara yang di pimpin Pandita Dukun .
3.    Nglukat Umat (mensucikan umat)
4.    Tri sandya (sembahyang)
5.    Muspa dengan Kusuma (bunga)
6.    Pembagian bija .
7.    Mulunen (calon Pandita Dukun baru melafalkan mantra)
8.    Yadnya/korban sesaji ke kawah gunung bromo .
Dengan demikian selesai sudah rangkaia Kasada. Ini adalah upacara adat yang hanya dimiliki oleh suku Tengger Bromo dan tidak ada lagi upacara Kasada yang serupa di seluruh dunia. Walaupun ada di Bali tapi upacaranya berbeda. Nino/Yitno/Guntur

0 komentar:

Posting Komentar

Unordered List

Sample Text

10 NOVEMBER

10 NOVEMBER

SELAMAT

SELAMAT

PELANTIKAN KAPOLRI

PELANTIKAN KAPOLRI

IDUL FITRI

IDUL FITRI

125 Px

280 Px

280 Px

120 Px

Pages

280 Px

Diberdayakan oleh Blogger.

940 Px

Social Icons

Followers

Featured Posts

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget