Selasa, 11 Maret 2014



Darah polisi tak pernah mengalir dalam pohon keluarga Pawiro, hanya Komisaris Jenderal Sutarman. yang kini menjadi Kapolri itu menjadi satu-satunya orang yang terjun ke dunia kepolisian.
Dalam catatan Kompolnas ia memiliki integritas yang bagus, tegas, sederhana, Kapolri (1968-1971) polisi reserse yang berprestasi, dan cukup mumpuni dalam tugasnya karena sudah tiga kali menjabat Kepolda yakni Kapolda Kepri, Jawa Barat dan Metro Jaya. Siapa sebenarnya sosok Drs. Sutarman? Berikut Profilnya.


Kapolri Jenderal Pol. Sutarman
Jakarta - Sejak berkarier di dunia kepolisian pada tahun 1982, Sutarman sudah malang melintang menjabat sebagai anak buah bawahan, hingga dipercaya sebagai ajudan Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid. Sutarman juga dipercaya sebagai Kapol­da Riau, Kapolda Jawa Barat, Kapolda Met­ro Jaya, dan kini Kaba­res­­krim.
Kehidupan Tarman kecil tidak jauh berbeda dengan teman sebaya­nya. Dia lahir dari keluar­ga sederhana dengan empat adik. Mereka Yai­tu, Sutikno (Blora), Harmini (Sukoharjo), Haryati (Sukoharjo), serta Siti Harwanti (Purwokerto). Tarman kecil rajin prihatin. Puasa tiap Senin dan Kamis hingga kini masih dilaksanakan.
Menurut Mochamad AA, SH, M.Hum selaku Advokat/Pengacara/Penasehat Hukum yang sukses menangani berbagai masalah hukum mengatakan, “Pak Tarman (Sutarman), jujur, profesional, orangnya baik, beliau memang mem­punyai track record yang tergolong bersih, kapabilitasnya maksimal, tindakanya profesional sesuai Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Polri dan Netralitas, selain itu, Pak Tarman juga akrab dengan warga NU, Nah, Pak Tarman memilikinya,” katanya.

Masa Kecil Sutarman
Madrasah Sutarman
Komjen Pol Drs.Sutarman pada kecil­nya akrab dipanggil Tarman oleh teman-teman sekolahnya. Masa kecil Sutarman dihabiskan di kampung kelahirannya di Dukuh Dayu, RT 03/11, Desa Tawang Ke­ca­matan Weru, Sukoharjo Jawa Tengah. Berasal dari keluarga petani yang hidup sederhana. Sutarman dikenal  rajin, cer­das dan pekerja keras. Sutarman sering mem­ban­tu orang tuanya Pawiro Miharjo untuk ber­jualan bambu dan kayu di pasar agar bisa melanjutkan sekolah. Ayah kandung Sutarman dalam kesehariannya sekarang masih bercocok tanam dan memelihara ternak sapi. Pawiro sekarang tinggal berdua dengan istrinya Bu Semi. Ibu kandung Sutarman yakni Sami­yem sudah meninggal dunia karena sakit kan­ker payudara namun Su­tar­man selalu menyem­patkan diri untuk nyekar ke makam Ibunya setiap tahun setelah lebaran.
Sutarman bersama istri Elly Sutiarti
Sutarman termasuk anak yang cerdas dibandingkan teman-teman seangkatan­nya menurut salah satu guru Sutarman di MI Ganggang, Ngadino Dwijo Suharto (67).
“Sutarman sering mendapat peringkat di kelas, ia itu termasuk anak yang rajin. Kalau soal sosoknya, sama seperti anak lainnya,” kata Ngadino yang pen­si­un 2004 silam.
Kehidupan yang ke­ras sebagai anak se­orang petani membuat Sutarman harus ikut banting tulang membantu orang tua. Begitu juga saat sudah masuk di STM Bina Patria. Sutarman juga sudah bisa menghasilkan uang dengan menjual ke­set.
Sutarman adalah anak sulung dari lima bersaudara yaitu Sutikno, Harmini, Haryati dan Harwanti. Hanya Sutarman yang ber­profesi sebagai polisi, sedangkan em­pat adiknya menjadi guru PNS di Blora dan swasta, adik bungsunya menjadi do­sen di Unsud Purwokerto.
Selepas tamat dari STM, Sutarman ber­niat untuk masuk Akabri, namun ka­rena faktor persyaratan umur yang belum cukup akhirnya ia dinyatakan tidak lulus. Akhirnya, Sutarman sempat menjadi kuli bangunan di sebuah proyek jalan di Sema­rang.
Saat bekerja sebagai kuli itulah ada lowongan calon tamtama (catam) Angka­tan Laut (AL). Sayang, Sutarman tidak berhasil lolos. Sutarman juga sempat ber­jualan bambu keliling dan menjual tong­seng dengan cara dipikul di sekitar Pasar Gem­brong, Pasar Senin Jakarta.  
Sutarman dikenal sangat menggemari ga­melan. Ia membeli satu set gamelan yang ditaruh di rumahnya. Gamelan ter­sebut ditempatkan di rumah belakang yang dijadikan Padepokan Langgeng Mul­yo, Sutarman juga membina kerawitan Se­dayu Laras. Masyarakat bebas datang untuk memainkan gamelan dan belajar karawitan di rumah tersebut.  Dalam satu minggu, warga belajar dua kali, masing-masing malam Senin dan malam Jumat. Belum lama ini, karawitan Langgeng Mulyo tersebut berhasil meraih prestasi Juara III tingkat kecamatan. AA

0 komentar:

Posting Komentar

Unordered List

Sample Text

10 NOVEMBER

10 NOVEMBER

SELAMAT

SELAMAT

PELANTIKAN KAPOLRI

PELANTIKAN KAPOLRI

IDUL FITRI

IDUL FITRI

125 Px

280 Px

280 Px

120 Px

Pages

280 Px

Diberdayakan oleh Blogger.

940 Px

Social Icons

Followers

Featured Posts

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget