Darah polisi tak pernah mengalir dalam pohon keluarga Pawiro,
hanya Komisaris Jenderal Sutarman. yang kini menjadi Kapolri itu menjadi
satu-satunya orang yang terjun ke dunia kepolisian.
Dalam catatan Kompolnas ia memiliki integritas yang bagus,
tegas, sederhana, Kapolri (1968-1971) polisi reserse yang berprestasi, dan
cukup mumpuni dalam tugasnya karena sudah tiga kali menjabat Kepolda yakni
Kapolda Kepri, Jawa Barat dan Metro Jaya. Siapa sebenarnya sosok Drs. Sutarman?
Berikut Profilnya.
Kapolri Jenderal Pol. Sutarman |
Jakarta - Sejak berkarier di dunia kepolisian pada tahun
1982, Sutarman sudah malang melintang menjabat sebagai anak buah bawahan,
hingga dipercaya sebagai ajudan Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid. Sutarman
juga dipercaya sebagai Kapolda Riau, Kapolda Jawa Barat, Kapolda Metro Jaya,
dan kini Kabareskrim.
Kehidupan Tarman kecil
tidak jauh berbeda dengan teman sebayanya. Dia lahir dari keluarga sederhana
dengan empat adik. Mereka Yaitu, Sutikno (Blora), Harmini (Sukoharjo), Haryati
(Sukoharjo), serta Siti Harwanti (Purwokerto). Tarman kecil rajin prihatin.
Puasa tiap Senin dan Kamis hingga kini masih dilaksanakan.
Menurut Mochamad AA, SH,
M.Hum selaku Advokat/Pengacara/Penasehat Hukum yang sukses menangani berbagai
masalah hukum mengatakan, “Pak Tarman (Sutarman), jujur, profesional, orangnya
baik, beliau memang mempunyai track record yang tergolong bersih,
kapabilitasnya maksimal, tindakanya profesional sesuai Tugas Pokok dan Fungsi
(Tupoksi) Polri dan Netralitas, selain itu, Pak Tarman juga akrab dengan warga
NU, Nah, Pak Tarman memilikinya,” katanya.
Masa
Kecil Sutarman
Madrasah Sutarman |
Komjen Pol Drs.Sutarman
pada kecilnya akrab dipanggil Tarman oleh teman-teman sekolahnya. Masa kecil
Sutarman dihabiskan di kampung kelahirannya di Dukuh Dayu, RT 03/11, Desa
Tawang Kecamatan Weru, Sukoharjo Jawa Tengah. Berasal dari keluarga petani
yang hidup sederhana. Sutarman dikenal rajin, cerdas dan pekerja keras.
Sutarman sering membantu orang tuanya Pawiro Miharjo untuk berjualan bambu
dan kayu di pasar agar bisa melanjutkan sekolah. Ayah kandung Sutarman dalam
kesehariannya sekarang masih bercocok tanam dan memelihara ternak sapi. Pawiro
sekarang tinggal berdua dengan istrinya Bu Semi. Ibu kandung Sutarman yakni
Samiyem sudah meninggal dunia karena sakit kanker payudara namun Sutarman
selalu menyempatkan diri untuk nyekar ke makam Ibunya setiap tahun setelah
lebaran.
Sutarman bersama istri Elly Sutiarti |
Sutarman termasuk anak yang
cerdas dibandingkan teman-teman seangkatannya menurut salah satu guru Sutarman
di MI Ganggang, Ngadino Dwijo Suharto (67).
“Sutarman sering mendapat
peringkat di kelas, ia itu termasuk anak yang rajin. Kalau soal sosoknya, sama
seperti anak lainnya,” kata Ngadino yang pensiun 2004 silam.
Kehidupan yang keras
sebagai anak seorang petani membuat Sutarman harus ikut banting tulang
membantu orang tua. Begitu juga saat sudah masuk di STM Bina Patria. Sutarman
juga sudah bisa menghasilkan uang dengan menjual keset.
Sutarman adalah anak sulung
dari lima bersaudara yaitu Sutikno, Harmini, Haryati dan Harwanti. Hanya
Sutarman yang berprofesi sebagai polisi, sedangkan empat
adiknya menjadi guru PNS di Blora dan swasta, adik bungsunya menjadi dosen
di Unsud Purwokerto.
Selepas tamat dari STM,
Sutarman berniat untuk masuk Akabri, namun karena faktor persyaratan umur
yang belum cukup akhirnya ia dinyatakan tidak lulus. Akhirnya, Sutarman sempat
menjadi kuli bangunan di sebuah proyek jalan di Semarang.
Saat bekerja sebagai kuli
itulah ada lowongan calon tamtama (catam) Angkatan Laut (AL). Sayang, Sutarman
tidak berhasil lolos. Sutarman juga sempat berjualan bambu keliling dan
menjual tongseng dengan cara dipikul di sekitar Pasar Gembrong, Pasar Senin
Jakarta.
Sutarman dikenal sangat menggemari gamelan. Ia membeli satu
set gamelan yang ditaruh di rumahnya. Gamelan tersebut ditempatkan di rumah
belakang yang dijadikan Padepokan Langgeng Mulyo, Sutarman juga membina
kerawitan Sedayu Laras. Masyarakat bebas datang untuk memainkan gamelan dan
belajar karawitan di rumah tersebut. Dalam satu minggu, warga belajar dua
kali, masing-masing malam Senin dan malam Jumat. Belum lama ini, karawitan
Langgeng Mulyo tersebut berhasil meraih prestasi Juara III tingkat kecamatan. AA
0 komentar:
Posting Komentar