Nama AKBP Anom Wibowo sudah tidak asing
lagi bagi masyarakat Surabaya dan Madiun. Maklum saja, sosoknya acap kali
muncul diberbagai media, baik cetak maupun elektronik.
AKBP Anom Wibowo SIK SH MSi |
Madiun - Tentu saja kemunculannya di media, tak lepas dari
prestasi keberhasilan mengungkap maupun menangkap para pelaku kriminalitas,
dan juga.
“Biasa aja mas, yang penting
tetap memberikan yang terbaik dan ikhlas mengabdi demi masyarakat Surabaya,”ujar
AKBP Anom Wibowo.
Alumni Akpol ’94 ini menambahkan,
sebagai pimpinan reskrim di jajaran Polrestabes Surabaya, diperlukan stamina
dan mental yang kuat. Selain membutuhkan kerja 24 jam lebih, juga diperlukan
intelegensia yang mumpuni dalam memecah benang kusut kasus kriminalitas.
Mantan Kasat Pidum Dit
Reskrim Polda Jatim ini memiliki kiat khusus untuk menjaga kondisi fisik agar
tetap sehat dan bugar, yaitu dengan rutin bermain sepakbola dan futsal.
“Kadang juga bermain futsal
dengan rekan-rekan wartawan, disamping melatih fisik, dengan bermain bola
pikiran juga fresh.Apalagi saat mengejar bola, seperti mengejar pelaku
kriminalitas. Harus cepat, fokus dan telaten,” ujarnya.
Menurut
Mochamad AA, SH, M.Hum (Advokat/Pengacara/Penasehat Hukum) bahwa AKBP Anom
Wibowo yang pernah menjadi Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya ini
banyak mengungkap kasus-kasus besar, diantaranya
di Surabaya kasus penipuan CPNS, kasus uang palsu, serta masih banyak
lagi. Di Madiun menangani sebanyak 12 kasus perjudian (judi
togel, judi kartu, dan juga judi bola sodok) yang terjadi di wilayah hukumnya
selama September 2013, ujar Mochamad AA, SH, M.Hum.
Selain mengungkap kasus
perjudian, lanjut Mochamad AA, SH, M.Hum, sebelumnya Polres Madiun Kota juga
memusnahkan barang bukti narkoba dan minuman beralkohol hasil dari razia
para petugas.
Barang bukti narkoba yang
dimusnahkan sebelumnya antara lain, sebanyak 106,41 gram sabu-sabu, ganja
kering seberat 2,9 kilogram, serta pil koplo sebanyak 3.029 butir.
Jumlah minuman keras yang
dimusnahkan mencapai 1.208 liter jenis arak jowo dalam berbagai kemasan botol
air mineral dan jerigen. Serta, minuman beralkohol produksi pabrikan sebanyak
375 botol, ujarnya.
Antara
Dukun dan Teknologi (lacak buronan)
Bukan perkara gampang untuk
melacak buronan. Tidak jarang jasa dukun masih menjadi pilihan ketika
kepolisian dihadapkan kebuntuan. Bahkan AKBP Anom Wibowo pun mengaku sempat sowan
ke dukun. Namun, dari pengalamannya itu, Anom Wibowo itu pun mengimbau
kepolisian meninggalkan perdukunan dan memilih teknologi.
Menurut Anom Wibowo, mental
orang timur sulit untuk meninggalkan praktik perdukunan. Dia mengungkapkan,
masih ada petugas mengutamakan dukun dalam penyidikan.
“Terkadang ada penyidik
belum turun ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) sudah ke dukun duluan, akhirnya
hanya putar-putar tidak ada hasil,” ungkap lulusan Akademi Kepolisian (Akpol)
tahun 1994 itu.
Bahkan, dirinya juga
mengaku sempat menempuh jalan dukun ketika dihadapkan dengan kebuntuan. Saat
itu dia menjabat sebagai Kasatserse Porlesta Manado, Sulawesi Utara (Sulut) 10
tahun silam.
Kala itu ada bandar gede narkoba
yang juga pemilik tempat hiburan malam di Manado, kabur ketika ditahan.
“Publik termasuk media
massa menganggap kami ada main dengan tersangka, sehingga tersangka bisa
kabur dari tahanan,” ujarnya mengenang.
Dari kejadian itu, Anom
bersusah payah dengan anak bauhnya untuk menangkap tahanan yang kabur. Dan,
itu membutuhkan waktu sampai dua bulan sebab tersangka selalu berpindah-pindah
tempat ketika dalam pelarian.
Tim Anom harus mengejar
dari Manado ke Makassar, Gorontalo dan ke Surabaya.
“Bahkan, saya waktu itu
harus menjual mobil milik saya sendiri. Dan uang pribadi saya juga habis untuk
biaya operasional melakukan pengejaran,” tandasnya.
Segala cara dilakukannya,
tapi hasilnya nihil. Waktu itu teknologi informasi atau IT masih terbatas.
“Kejadian itu kan mencoreng
nama baik, sebab masyarakat menilai kami main-main dengan tersangka, maka saya
harus membuktikan bahwa tuduhan itu tidak benar. Tapi, segala cara sudah mentok,
akhirnya saya coba pakai dukun, tapi hasilnya nihil juga,” tandasnya.
Dengan pengalaman itu, Anom
mengatakan, menggunakan praktik perdukunan dalam mengungkap suatu kasus
harus ditinggalkan.
“Polisi kan sudah dibekali
ilmu tentang kepolisian dalam menjalankan tugas sesuai unitnya masing-masing,
apalagi sekarang teknologi sudah canggih,” ujarnya.
Manurut Anom Wibowo, polisi
di zaman sekarang lebih mudah dalam menjalankan tugas. Sebab kemajuan IT
sudah pesat. Sehingga sangat membantu kerja kepolisian.
“Dengan menggunakan IT,
kerja-kerja kepolisian bisa lebih praktis, cepat dan efektif,” katanya.
Dengan menggunakan IT,
standar kepastiannya lebih terukur.
“Seperti penggunaan IT
forensik, uji balistik peluru, dan penggunaan email untuk melacak pelaku,”
paparnya.
bapaknya bonek |
Selain IT, sistem
tradisional dan manual dalam kepolisian juga cukup efektif, tapi bukanlah
dukun.
“Jika harus mengorek
informasi di lapangan, petugas harus pandai memerankan diri agar tidak
dicurigai dan ketahuan, harus pintar menyamar dan pandai bertanya kepada
informan,” jelasnya.
Prinsipnya, dalam mengungkap
kasus adalah terletak pada kemampuan mengolah TKP sebagai titik awal
terjadinya perbuatan pidana.
“Dari TKP kita bisa
menemukan fakta-fakta yang bisa dikembangkan,” ujarnya.
Sementraa itu, prestasi
yang telah dicapainya sekarang menurut Anom tidak lepas dari kerja keras dan
fokus dalam menjalani profesi sebagai polisi.
“Kuncinya hanya fokus,”
ungkapnya.
Dia yakin, jika fokus dalam
menjalani profesi apapun, pasti akan tercapai.
“Kalau tolah-toleh
kanan kiri, sulit berhasil,” ucapnya.
Begitu juga dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, Anom menekankan pelayanan tanpa
pamrih.
“Kalau membantu masyarakat
tidak perlu berharap apa-apa, berikan pelayanan yang baik,” tandasnya.
Cita-cita
Tentara
Satu sisi yang cukup
menarik dari Anom adalah cita-citanya saat masih bocah. Anom sebenarnya
memiliki cita-cita menjadi anggota TNI, bukan kepolisian. Ketika itu jiwa
muda Anom beranggapan bahwa menjadi tentara adalah jabatan
bergengsi. Bahkan ketika menentukan pilihan pada formulir pendaftaran,
pilihan satu sampai tiga, Anom memilih Akademi Militer (Akmil)
Tapi orangtuanya
menyarankan untuk pilihan ke empat, agar memilih Akpol.
“Ternyata dari hasil
serangkaian tes, saya lolos masuk di Akpol, mungkin kehendak orangtua diridai
Tuhan,” katanya.
Bapak
Bonex Mania
AKBP Anom Wibowa, menjadi
sosok paling mengesankan bagi pendukung klub sepak bola Persebaya, Bonex Mania.
Para Bonex menganggap Anom sebagai Bapak dikalangan komunitasnya.
Menurut, Koordinator Bonex
Republik Pecinta Olah Raga (Rempon), Handoyo, selama bergulirnya Liga
Indonesia, Anom Wibowo selalu menjadi sosok penting bagi Bonex Mania. Anom juga
merupakan salah satu jajaran dikepengurusan Suporter anti Tawuran.
“Pak Anom selalu memberikan Wadah bagi kami,” ujarnya. Yitno/Guntur
BIODATA
Nama
: AKBP Anom Wibowo SIK Msi
Tempat
Tanggal Lahir : Jember, 12 – 6 – 1972
Istri : Eri Widyaningtyas (39 thn)
Anak
: 1. Regina Ch. Derian Darasita thn 1997
2. Matthew Kelas 5 SD
Jenjang
Kepangkatan
1.
IPDA Tamat 26 - 7 - 1994
2.
IPTU Tamat 01 - 09 - 1997
3.
AKP Tamat 01 - 01 - 2000
4.
KOMPOL Tamat 01 - 01 - 2005
5.
AKBP Tamat 01 - 07 - 2009
Karir/Jabatan
Tanggal
1 - 8 - 1995 : Pamapta Polres Banyumas Polda Jateng
Tanggal
1 - 9 - 1997 : Kasat Serse Polres
Purbalingga Polda Jateng
Tanggal
1 - 6 - 2001 : Pama Polda Sulut
Tanggal
1 - 4 - 2005 : Waka Polres Bolaang
Mongondow Polda Sulut
Tanggal
20 - 12 - 2011 : Kapolres Pelabuhan
Tanjung Perak Polda Jatim
Tanggal 7 - 6 - 2013 :
Kapolres Madiun Kota.
Sukses Pak Anom sudah jendral hari ini
BalasHapusBanyak selamat komandan Brigjen Anom Wibowo semoga sehat" dan bahagia bersama keluarga dan semakin diberkati Tuhan.😇
BalasHapus