Jakarta - Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai Kementerian Keuangan mencatat penerimaan bea dan cukai hingga 31
Juli 2013 mencapai Rp86,65 triliun atau sekitar 57,5 persen dari target
APBN-Perubahan sebesar Rp153,15 triliun.
![]() |
Aktivitas bongkar
muat peti kemas di Pelabuhan
Jakarta
International Container Terminal (JICT), Tanjungpriok, Jakarta
|
Susiwijono mengatakan dari
realisasi sebesar Rp 86,65 triliun tersebut, penerimaan cukai menjadi penyumbang
terbesar, yaitu Rp61,22 triliun, diikuti bea masuk Rp17,36 triliun dan bea
keluar Rp8,07 triliun.
Ia menjelaskan bahwa penerimaan
cukai lebih banyak disumbangkan oleh cukai hasil tembakau Rp 58,75 triliun,
diikuti cukai minuman mengandung etil alkohol Rp 2,36 triliun dan cukai
etil alkohol Rp890 miliar dari total penerimaan Rp61,22 triliun.
"Faktor utama yang memengaruhi
penerimaan cukai hasil tembakau adalah volume produksi hasil tembakau yang
pada tahun 2013 diperkirakan akan sangat tinggi, yaitu melebihi 340 miliar
batang," katanya.
Susiwijono optimistis target
penerimaan cukai sebesar Rp104,7 triliun hingga akhir tahun akan tercapai
karena peningkatan volume produksi hasil tembakau dan kenaikan tarif cukai
hasil tembakau tersebut.
Adapun penerimaan bea masuk, kata
dia, mencapai Rp17,3 triliun dari target Rp 30,8 triliun karena terjadi penurunan
nilai impor dan impor nonmigas selama semester pertama 2013.
"Namun, melihat perkembangan
ekonomi global, volume perdagangan, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah,
dan tren pada tahun lalu, sampai akhir tahun diperkirakan penerimaan bea masuk
masih bisa mencapai target," katanya.
Untuk penerimaan bea keluar, kata
dia, mengalami penurunan cukup tajam atau hanya sebesar Rp8,07 triliun dari
target Rp17,6 triliun karena turunnya harga internasional atas komoditas
utama, CPO, dan bijih mineral.
"Melihat kecenderungan
perkembangan harga CPO dan mineral yang cukup rendah dan menurun selama 2013,
diperkirakan target penerimaan bea keluar tidak tercapai," kata
Susiwijono. Samsul A
0 komentar:
Posting Komentar