Selasa, 17 September 2013

Kasus Kembar Siam Kembali Marak
Surabaya - Belakangan ini Tim Kembar Siam Terpadu RSUD dr Soetomo disibukkan dengan tiga bayi kembar siam yang harus dita­ngani. Me­reka adalah kembar siam dari Banyuwangi Nurul-Rahma, dari Kediri Citra-Neyza, dan Bomber 1-Bomber 2 dari Wiyung, Surabaya.
Itu belum termasuk tugas me­mantau kembar siam di Palembang yang mendapat asistensi langsung dari RSUD dr Soetomo.
RSUD dr Soetomo Surabaya
Penanganan maraton itu mem­bu­tuhkan keseriusan agar mereka se­mua bisa survive.
Ketua Tim Kembar Siam Terpa­du RSUD dr Soetomo dr Agus Harian­to SpA mencermati, tahun ini siklus lima tahunan bisa terjadi dengan maraknya kasus kembar siam. Pada 2008 dan 2009 tim menangani 15 kembar siam. Perin­cian­nya, pada 2008 sebanyak 6 kembar siam dan pada 2009 seba­nyak 9 kembar siam.
“Tahun ini hingga Juli saja kami sudah mena­ngani jumlah yang sa­ma deng­an 2008. Jumlah kembar siam yang kami tangani bisa jadi bertambah jika siklus lima tahunan ini benar-benar terjadi,” bebernya.
Sebanyak 75 persen kasus kem­bar siam ditemukan di daerah Ma­traman. Khususnya Madiun, Kediri, Ponorogo, Nganjuk, Jom­bang, dan Tulungagung. Di luar daerah terse­but, kasus juga terjadi di Banyu­wangi.
“Bahkan, dua kasus kembar siam ter­jadi di Desa Mojo­warno, Jom­bang,” ujar spesialis anak itu.
Penyebab banyaknya kasus kem­bar siam di beberapa daerah terse­but tidak diketahui dengan pasti ka­rena tidak pernah dilakukan peneli­tian. Demikian pula soal jenis kelamin kembar siam yang 70 persen perem­puan, tidak diketahui dengan pasti penyebabnya.
Berdasar data yang terekap, mulai 1975 hingga 2013 RSUD dr Soetomo telah menangani 57 ka­sus kembar siam. Dari jumlah itu, yang non-survive atau tidak dapat diper­tahankan 29 kasus. Kasus terbanyak adalah thoraco abdo­mi­no­pagus atau dem­pet dada-perut. Di antara 57 kasus tersebut, ada 37 kasus dempet da­da-perut.
Hingga kini, penyebab kembar siam tidak diketahui dengan pasti. Namun, beberapa faktor diduga menjadi penyebab bayi terlahir kem­bar siam.
Anggota tim kembar siam RS­UD dr Soetomo dr Poerwadi SpBA menje­laskan pembuahan sel telur oleh sel sperma hingga memung­kinkan terja­dinya kembar siam. Pembuahan itu akan berkembang ke proses blas­to­sis. Jika terjadi trauma dari luar, se­gumpal daging tersebut bisa pisah sama sekali. Diduga, pemisahan yang tidak sempurna itu lalu menye­babkan kembar siam.
“Apa yang menye­bab­kan pemi­sa­­han itu tak sempurna, ya wallahu a’lam,” ujar­nya.
Seha­rus­nya pada hari ke-10-14 sudah terjadi pemisahan, namun pada kasus bayi kembar siam kedua­nya tetap lengket dan tak terjadi pemi­sahan yang sempurna.
Diduga, salah satu penye­bab­nya adalah saat hamil sang ibu terpapar radiasi atau gelombang elektromag­netik.
Menurut dia, jika asupan gizi sang ibu cukup saat mengandung, dia akan bertahan dari paparan ge­lom­bang elektro­magnetik tersebut. Na­mun, jika gumpalan daging itu le­mah dan terkena paparan, pemi­sa­han men­jadi tidak sempurna.
Poerwadi mengatakan, ham­pir 90 persen kasus kembar siam ter­jadi pada masyarakat kurang mam­pu yang notabene belum men­dapat ak­ses pelayanan kese­hatan maksi­mal. Biasanya, mereka me­mi­lih untuk me­meriksakan kandungan ke bidan se­hingga kondisi janin tidak diketahui apakah kembar siam atau normal. Ada yang tahu bahwa bayi­nya kem­bar, namun tidak tahu kalau ternyata kembar siam.
Orang tua yang memiliki garis keturunan kembar juga berpotensi melahirkan anak kembar, baik kem­bar siam atau bukan. Lantas, bagai­mana upaya pencegahan kembar siam?
Poerwadi menjelaskan, lebih baik orang tua yang tengah meng­andung rutin memeriksakan kon­disi janin ke dokter. Terutama me­lakukan peme­rik­saan ultraso­nog­rafi (USG). Lebih baik lagi jika melakukan USG 4D ka­rena bisa menangkap gambar janin lebih jelas jika dibandingkan dengan USG biasa.
“Dengan USG 4D, bisa dideteksi dini janin kembar siam atau tidak. Bahkan, apakah nanti bayi tersebut bisa survive atau tidak,” tutur dia.
Menurut dia, jika memang bayi yang akan dilahirkan memiliki pe­luang sangat kecil untuk survive, lebih baik tidak dilahirkan. Namun, tentu saja keputusan tersebut dida­sarkan pada etik medik. Nah, deng­an USG 4D, akan diketahui peluang survive atau tidaknya janin.
“Kalau janin su­dah bernyawa, memutuskannya su­sah,” ungkap­nya.
Karena itu, alang­kah lebih baik jika tiap rumah sakit daerah memi­liki tim untuk mende­tek­si kelainan bawa­an kem­bar siam se­jak dini.
Memang, papar Poerwadi, biaya pemeriksaan USG 4D lebih mahal, terutama untuk masyarakat kurang mampu. Namun, setidaknya ibu yang mengandung harus meme­rik­sakan kandungan ke dokter dan di-USG. Apalagi, saat ini kesehatan mereka sudah di-cover jamkes­mas.
Secara implisit, ada beberapa faktor pemicu terjadinya dempet pada bayi kembar selama masih berada dalam kandungan. Diduga, salah satu pemicunya adalah keku­rangan gizi. Buktinya, ibu bayi kem­bar siam dari Banyuwangi, Sika, me­ngaku bahwa selama hamil dirinya jarang mengonsumsi maka­nan empat se­hat lima sem­purna.
“Saya lebih sering makan buah karena bila makan nasi saya mual,” ujarnya. Dia menam­bah­kan, dokter juga mengatakan bahwa kekura­ng­an gizi menjadi salah satu faktor penye­babnya.
Hal tersebut dibenarkan Ketua Persatuan Ahli Gizi Jatim Andriyanto. Menurut dia, asupan gizi meme­gang peran penting untuk pemben­tukan janin dalam kandungan.
“Ke-ku­rangan asupan gizi yang se­im­bang akan menyebabkan per­tum­buhan janin yang tidak sempur­na,” ucapnya.
Dia menjelaskan, sekitar 80 per­sen pertumbuhan janin bergan­tung pada makanan. Jika ibu hamil tidak ma­kan makanan bergizi, janin pun tidak bisa berkembang dengan sem­purna. Sebab, janin tidak men­da­pat­kan asupan gizi yang diper­lukan untuk tumbuh. Karena itu, pa­da kasus bayi kembar siam, seba­gian dari kulit atau organ tubuh janin tidak bisa terpisah. Pasalnya, asu­pan gizi untuk mem­bentuk tubuh bayi secara total tidak tersedia.
Menurut dia, ada beberapa asu­pan gizi yang baik untuk pemben­tukan janin. Antara lain, protein, le­mak (omega 3), mineral, dan kal­sium. Selain itu, ibu hamil membu­tuhkan vitamin dan karbohidrat yang cukup untuk ketahanan tubuh dan janin.
“Asupan gizi yang komplet dapat mencegah terjadinya kelai­nan pada proses pembentukan janin,” ujarnya.
Selain pemenuhan gizi secara seimbang saat hamil, faktor lain yang memengaruhi pembentukan janin adalah kebiasaan konsumsi maka­nan yang mengandung zat-zat kimia. Andriyanto menjelaskan bahwa se­baiknya ibu hamil selalu meng­kon­sumsi makanan alami.
Makanan-makanan instan dan yang mengandung zat pewarna, zat pemanis buatan, ataupun zat peng­a­wet sebaiknya dihindari. Sebab, ba­han reaktif tersebut juga dapat meme­ngaruhi pembentukan bayi. ASTS
 

0 komentar:

Posting Komentar

Unordered List

Sample Text

10 NOVEMBER

10 NOVEMBER

SELAMAT

SELAMAT

PELANTIKAN KAPOLRI

PELANTIKAN KAPOLRI

IDUL FITRI

IDUL FITRI

125 Px

280 Px

280 Px

120 Px

Pages

280 Px

Diberdayakan oleh Blogger.

940 Px

Social Icons

Followers

Featured Posts

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget